Tentara Jerman digiring ke kamp tawanan Soviet, melewati reruntuhan gudang beras di Stalingrad, Februari 1943
Pada bulan Juni 1942, Tentara Jerman (Wehrmacht) melancarkan kampanye musim panas kedua mereka terhadap Uni Soviet, yang disebut Operation Blau (Operasi Biru). Sebelumnya dalam operasi Barbarossa Wehrmacht dihalau di pintu gerbang Moskow pada musim dingin 1941-1942. Operasi Biru diarahkan ke Rusia selatan dengan tujuan merebut ladang minyak di Baku, Azerbaijan, dan membuka jalan untuk menguasai ladang-ladang minyak di Timur Tengah. Pasukan penyerbu Jerman dibagi dua kekuatan, Grup Tentara A menyerbu Kaukasus dan Grup Tentara B menuju sungai Volga dan kota Stalingrad.
Pada mulanya, Tentara Merah Soviet memilih untuk bergerak mundur guna membuat jalur logistik pasukan Jerman keteteran dengan memanfaatkan luasnya wilayah Uni Soviet. Akan tetapi kemudian Stalin memerintahkan pasukannya untuk bertahan di Stalingrad, yang secara harfiah berarti "kota Stalin". Selain karena menyandang nama Stalin, kota Stalingrad juga penting karena merupakan kota industri terbesar di tepi sungai Volga (jalur transportasi penting ke Laut Kaspia). Jatuhnya Stalingrad ke tangan Jerman akan memudahkan gerak maju pasukan Jerman menuju Kaukasus, yang memiliki cadangan minyak besar, yang amat dibutuhkan oleh Jerman.
Menurut perkiraan, sekitar empat puluh ribu tentara dari kedua belah pihak terbunuh dalam setiap harinya. Fuhrer Adolf Hitler memerintahkan pasukannya agar dalam kondisi apapun, kota Stalingrad harus direbut. Akibatnya pasukan Jerman bertempur mati-matian untuk merebut kota tersebut. Namun, rakyat dan tentara di kota Stalingrad juga melakukan perlawanan yang sangat kuat sehingga pasukan Nazi dapat dihadang.
Sementara pasukannya terjebak dalam perang mati-matian di Stalingrad, Komando Tertinggi Jerman tidak menyadari bahwa Stalin telah mengumpulkan bala bantuan untuk menghancurkan pasukan Jerman dalam suatu kampanye musim dingin. Serangan balasan Uni Soviet dilancarkan pada bulan November 1942 ketika salju mulai turun. Serangan tersebut dengan cepat menggulung pasukan Italia, Rumania, dan Hungaria yang melindungi garis belakang Angkatan Darat ke-6 Jerman. Akibatnya, pasukan Jerman yang beroperasi di Stalingrad terkepung.
Sebenarnya, Jerman memiliki kesempatan untuk menarik mundur pasukannya sebelum Tentara Merah menyelesaikan kepungannya. Akan tetapi, Hitler bersikeras agar pasukannya tetap bertahan di Stalingrad dan memerintahkan Luftwaffe (Angkatan Udara Jerman) untuk mengirimkan perbekalan bagi mereka. Akan tetapi, musim dingin yang ganas menghalangi usaha tersebut sehingga bantuan yang dikirimkan tidak cukup untuk memberi makan 330.000 prajurit Jerman dan sekutunya yang berada di Stalingrad.
Suatu usaha lain untuk membebaskan pasukan Jerman yang terkepung dilakukan dengan mengirimkan Tentara Grup Don pimpinan Marsekal Erich von Manstein, salah seorang ahli strategi Jerman yang cemerlang. Akan tetapi, serangan tersebut berhasil dihentikan oleh bala bantuan Soviet yang masih segar di Kotelnikovo. Akhirnya, ketika dihadapkan pada kemungkinan terkepung, von Manstein menarik mundur pasukannya dan meninggalkan rekan-rekannya di Stalingrad menunggu nasib.
Pada tanggal 30 Januari 1943, Tentara Merah dibawah pimpinan Marsekal Georgy Zhukov melancarkan serangan umum ke Stalingrad dan dengan cepat menggulung pasukan Poros yang sudah kelelahan dan menderita kelaparan dan penyakit. Dua hari kemudian, Marsekal Friedrich von Paulus dan 90.000 prajuritnya yang tersisa menyerah.
Para sejarawan menilai, kekalahan Jerman di Stalingrad merupakan awal dari kejatuhan Nazi. Hingga kini pertempuran ini dianggap sebagai pertempuran terbesar dan paling berdarah dalam sejarah manusia. Jumlah korban jiwa diperkirakan mencapai 3 juta jiwa.
SUMBER
0 komentar:
Posting Komentar