Pasukan Revolusi Perancis dalam Pertempuran di Fleurus, Belanda 1794
Evolusi dari French Revolutionary army
Memang revolusi Perancis membawa perubahan yang sangat signifikan pada taktik dan pemikiran dalam militer Perancis ketika itu. Akan tetapi jauh sebelum itu, sudah ada upaya dan penelitian untuk membawa perubahan yang lebih baik dalam militer, terutama semenjak Perancis dipermalukan oleh Inggris ketika dikalahkan dalam Perang Tujuh Tahun, dan selama bertahun-tahun lamanya sudah ada reformasi dalam tubuh militer Perancis terutama di dalam tubuh Korps Artileri Perancis. Ahli teori kemiliteran ternama macam Guibert telah menyarankan sebuah pendekatan yang lebih mobil dan flexible dalam peperangan. Tapi sarannya tersebut tidak diaplikasikan secara keseluruhan selama era Kerajaan, kecuali dalam korps Artileri.
Ketika perang Revolusi pecah ditahun 1791, pasukan Perancis pada mulanya mengadopsi regulasi ketentaraan yang rigid dan kaku yang berdasarkan peninggalan system Monarki terdahulu dengan formasi linear-nya. Tapi banyaknya anggota perwira militer yang berasal dari kalangan bangsawan yang melarikan diri dari Perancis ditambah dengan meledaknya jumlah penduduk yang menjadi prajurit wamil, walaupun sebagian besar dari mereka cukup entusias tapi mereka sangat tidak disiplin dan tidak memiliki dasar kemiliteran sama sekali, membuat system ketentaraan era Monarki menjadi hampir mustahil untuk diimplementasikan kembali.
Memang revolusi Perancis membawa perubahan yang sangat signifikan pada taktik dan pemikiran dalam militer Perancis ketika itu. Akan tetapi jauh sebelum itu, sudah ada upaya dan penelitian untuk membawa perubahan yang lebih baik dalam militer, terutama semenjak Perancis dipermalukan oleh Inggris ketika dikalahkan dalam Perang Tujuh Tahun, dan selama bertahun-tahun lamanya sudah ada reformasi dalam tubuh militer Perancis terutama di dalam tubuh Korps Artileri Perancis. Ahli teori kemiliteran ternama macam Guibert telah menyarankan sebuah pendekatan yang lebih mobil dan flexible dalam peperangan. Tapi sarannya tersebut tidak diaplikasikan secara keseluruhan selama era Kerajaan, kecuali dalam korps Artileri.
Ketika perang Revolusi pecah ditahun 1791, pasukan Perancis pada mulanya mengadopsi regulasi ketentaraan yang rigid dan kaku yang berdasarkan peninggalan system Monarki terdahulu dengan formasi linear-nya. Tapi banyaknya anggota perwira militer yang berasal dari kalangan bangsawan yang melarikan diri dari Perancis ditambah dengan meledaknya jumlah penduduk yang menjadi prajurit wamil, walaupun sebagian besar dari mereka cukup entusias tapi mereka sangat tidak disiplin dan tidak memiliki dasar kemiliteran sama sekali, membuat system ketentaraan era Monarki menjadi hampir mustahil untuk diimplementasikan kembali.
French Skirmisher harassing enemy in loose order
Sistem pelatihan dan disiplin kemiliteran yang ada biasanya menganjurkan pembentukan 3 deep volleys/tiga baris pasukan penembak dalam satu garis yang diikuti dengan serangan bayonet. Tapi bagaimanapun juga, untuk melakukan maneuver yang rumit seperti itu hampir diluar batas kemampuan dari prajurit wamil yang baru saja bergabung dengan militer.
Setelah melalui beberapa kekalahan dalam pertempuran, para pemimpin militer Perancis mengadopsi campuran antara system line infantry yang rigid itu dengan “horde and human wave tactics”. Inti dari gaya bertempur ini adalah berdasarkan pada sebuah kenyataan pahit bahwa para prajurit yang bertempur di medan peperangan adalah para prajurit wamil, yang cukup murah dan Perancis dapat membuang mereka dalam pertempuran dan menggantinya dengan para prajurit wamil yang baru, tanpa khawatir akan kekurangan pria karena Perancis dianugerahi dengan penduduk yang luar biasa besar pada saat itu.
Setelah melalui beberapa kekalahan dalam pertempuran, para pemimpin militer Perancis mengadopsi campuran antara system line infantry yang rigid itu dengan “horde and human wave tactics”. Inti dari gaya bertempur ini adalah berdasarkan pada sebuah kenyataan pahit bahwa para prajurit yang bertempur di medan peperangan adalah para prajurit wamil, yang cukup murah dan Perancis dapat membuang mereka dalam pertempuran dan menggantinya dengan para prajurit wamil yang baru, tanpa khawatir akan kekurangan pria karena Perancis dianugerahi dengan penduduk yang luar biasa besar pada saat itu.
Tipikal pasukan Revolusi Perancis, Jendral, perwira dan prajurit Demi-Brigade
Basis utama dari taktik ini adalah sebuah kebiasaan umum untuk
menempatkan para prajurit pilihan di depan barisan utama dan bertindak
sebagai skirmisher, yang bekerja dalam formasi tempur yang renggang,
tidak rapat seperti kebiasaan para prajurit line infantry dan bertugas
untuk mengganggu formasi tempur infantry lawan. Infantri di era ini
dibagi menjadi dua, yang line infantry dan light infantry (infantri
ringan). Line infantry bertempur dalam formasi tempur yang rapat dan
rigid (yang biasanya berbentuk line/garis oleh sebab itu disebut dengan
line infantry).
Pasukan Revolusi Perancis
Sementara itu light infantry merupakan para prajurit yang bertempur sebagai penembak jitu, yang tidak terikat dalam bentuk formasi apapun. Sangat jarang ada Negara Eropa di era itu yang memiliki pasukan light infantry dalam jumlah besar. Tapi Perancis yang sangat menghargai efektivitas mereka dalam Perang Revolusi Amerika mulai mengadopsi mereka dalam jumlah besar.
Dalam berbagai kasus, diantara pasukan revolusi Perancis, batasan antara line infantry dengan light infantry sudah mulai menghilang, karena baik prajurit line infantry dengan light infantry keduanya dapat melakukan tugas sebagai skirmisher. Diantara prajurit yang seharusnya bertindak sebagai line infantry banyak diantara mereka yang tidak mampu melakukan maneuver dan drill militer layaknya prajurit line infantry sesungguhnya yang mampu bertempur secara efektif di medan terbuka, dan mereka memilih menjadi skirmisher dan memanfaatkan lingkungan di sekitar mereka untuk mendapatkan cover/perlindungan dari peluru musuh. Ketika prajurit skirmisher ini melakukan tugasnya dengan mengganggu formasi tempur musuh, sisanya para prajurit wamil yang masih belum berpengalaman sama sekali dan sangat mentah yang biasanya ditempatkan di ujung formasi pasukan harus memutuskan apakah mereka akan membulatkan tekadnya untuk menerjang pasukan musuh dengan serangan bayonet atau malah kabur dari pertempuran. Ketika para wamil itu memutuskan untuk melanjutkan pertempuran, maka para skirmisher itu akan mengkonsentrasikan tembakan mereka ke satu point tertentu diantara barisan formasi lawan.
Pasukan light infantry/skirmisher ini memiliki keuntungan pada kemampuan mobilitas individual mereka yang tidak terikat pada formasi tempur tertentu dan juga akan lebih aman dari serangan artileri lawan karena posisi tempur mereka yang cenderung lebih renggang ketimbang prajurit line infantry. Ketika musuh sudah dipastikan melemah akibat skirmish massal, maka tugas dari sisa pasukan yang ada adalah membentuk kolom formasi yang biasanya tidak beraturan, dan sambil berteriak “Vive ‘l’ Republique” mereka menyerbu dengan brutal dan ganas seperti serangan human wave dengan bayonet di musket mereka ke arah lawan. Seringkali, para prajurit line infantry lawan, tidak dapat membalas dengan efektif serangan skirmish dari prajurit Perancis, dan sangat tidak terbiasa dengan serbuan brutal dan kacau yang mengikuti gelombang skirmish itu, yang akhirnya mereka, para prajurit lawan, akan dapat dihabisi oleh para prajurit Perancis.
Dalam berbagai kasus, diantara pasukan revolusi Perancis, batasan antara line infantry dengan light infantry sudah mulai menghilang, karena baik prajurit line infantry dengan light infantry keduanya dapat melakukan tugas sebagai skirmisher. Diantara prajurit yang seharusnya bertindak sebagai line infantry banyak diantara mereka yang tidak mampu melakukan maneuver dan drill militer layaknya prajurit line infantry sesungguhnya yang mampu bertempur secara efektif di medan terbuka, dan mereka memilih menjadi skirmisher dan memanfaatkan lingkungan di sekitar mereka untuk mendapatkan cover/perlindungan dari peluru musuh. Ketika prajurit skirmisher ini melakukan tugasnya dengan mengganggu formasi tempur musuh, sisanya para prajurit wamil yang masih belum berpengalaman sama sekali dan sangat mentah yang biasanya ditempatkan di ujung formasi pasukan harus memutuskan apakah mereka akan membulatkan tekadnya untuk menerjang pasukan musuh dengan serangan bayonet atau malah kabur dari pertempuran. Ketika para wamil itu memutuskan untuk melanjutkan pertempuran, maka para skirmisher itu akan mengkonsentrasikan tembakan mereka ke satu point tertentu diantara barisan formasi lawan.
Pasukan light infantry/skirmisher ini memiliki keuntungan pada kemampuan mobilitas individual mereka yang tidak terikat pada formasi tempur tertentu dan juga akan lebih aman dari serangan artileri lawan karena posisi tempur mereka yang cenderung lebih renggang ketimbang prajurit line infantry. Ketika musuh sudah dipastikan melemah akibat skirmish massal, maka tugas dari sisa pasukan yang ada adalah membentuk kolom formasi yang biasanya tidak beraturan, dan sambil berteriak “Vive ‘l’ Republique” mereka menyerbu dengan brutal dan ganas seperti serangan human wave dengan bayonet di musket mereka ke arah lawan. Seringkali, para prajurit line infantry lawan, tidak dapat membalas dengan efektif serangan skirmish dari prajurit Perancis, dan sangat tidak terbiasa dengan serbuan brutal dan kacau yang mengikuti gelombang skirmish itu, yang akhirnya mereka, para prajurit lawan, akan dapat dihabisi oleh para prajurit Perancis.
Battle of Valmy 1792, when the Revolutionary Armies of France can halt the advances of Coalition Forces
Keunggulan utama taktik ini adalah pragmatisme mereka dan keunikan mereka. Taktik ini mengakomodasi kekuatan dari tentara Revolusi, yang berupa keinginan, keberanian dan tekad dan hanya membutuhkan sedikit disiplin serta presisi, sesuatu yang sama sekali tidak dimiliki oleh pasukan Revolusi. Bagaimanapun juga, jika serangan gagal, prajurit Revolusi yang biasanya terdiri dari Wamil itu akan kehilangan semangat, keteguhan hati, dan kohesi diantara mereka yang berakibat pada mass rout/kabur massal dari pertempuran yang berawal dari rear/ujung formasi pasukan. Dan seperti yang sudah bisa kita duga dari awal, taktik ini akan menimbulkan begitu banyak korban, tapi pada saat itu Perancis sama sekali tidak memiliki masalah dengan jumlah korban.
Bagaimanapun juga, setelah berhasil melewati masa-masa kacau tersebut pasukan Revolusi Perancis perlahan berubah menjadi lebih baik. Dimana pasukan wamil menjadi veteran perang yang berpengalaman, lebih disiplin dan sangat kuat dalam pertempuran dan akan menjadi lebih mudah bagi para Komandan untuk mengembalikan formasi line infantry regular kedalam formasi dan taktik pasukan Revolusi Perancis. Ditambah dengan kombinasi dari firepower dan disiplin yang dimiliki oleh formasi Line infantry yang lama dengan keunggulan cara-cara bertempur pasukan Revolusi yang lebih mobile menjadi sebuah keunggulan Perancis dalam menjalankan peperangan mereka di Eropa. Campuran itu pada dasarnya adalah mirip dengan teori Ordre Mixtre yang diusulkan oleh Giubert puluhan tahun sebelumnya, dan Perancis telah mengadopsinya melalui tahapan yang sangat berat dan berdarah-darah.
Bagaimanapun juga, setelah berhasil melewati masa-masa kacau tersebut pasukan Revolusi Perancis perlahan berubah menjadi lebih baik. Dimana pasukan wamil menjadi veteran perang yang berpengalaman, lebih disiplin dan sangat kuat dalam pertempuran dan akan menjadi lebih mudah bagi para Komandan untuk mengembalikan formasi line infantry regular kedalam formasi dan taktik pasukan Revolusi Perancis. Ditambah dengan kombinasi dari firepower dan disiplin yang dimiliki oleh formasi Line infantry yang lama dengan keunggulan cara-cara bertempur pasukan Revolusi yang lebih mobile menjadi sebuah keunggulan Perancis dalam menjalankan peperangan mereka di Eropa. Campuran itu pada dasarnya adalah mirip dengan teori Ordre Mixtre yang diusulkan oleh Giubert puluhan tahun sebelumnya, dan Perancis telah mengadopsinya melalui tahapan yang sangat berat dan berdarah-darah.
-->BERSAMBUNG<--
SUMBER
0 komentar:
Posting Komentar