Senin, 03 Maret 2014

Posted by Unknown | File under :


Infantry Unit


Pasukan Perancis di Italia yang dikomandoi oleh Bonaparte berada dalam kondisi yang sangat buruk, dan terkungkung di pegunungan Liguria oleh pasukan Austria di satu sisi dan oleh prajurit Piedmont disisi lainnya. Pasukan itu ditinggalkan dalam teater peperangan kelas dua oleh pemerintah Prancis, tidak ada kejayaan disana sebelum Bonaparte tiba. Pemerintahan Directory yang bangkrut telah gagal untuk menyediakan berbagai support dan logistic untuk pasukan yang ada, dengan konsekuensinya bahwa pasukan yang ada disana tidak mendapatkan pakaian yang layak, tidak dibayar gajinya selama bertahun-tahun, tanpa sepatu, dan bahkan di banyak kasus juga tanpa senjata sama sekali. Pasukan yang setengah kelaparan itu yang berada diambang pemberontakan, merupakan sebuah gambaran buram yang lebih mencerminkan gerombolan gembel dan preman pasar ketimbang sebuah pasukan berseragam. Komandan sebelumnya telah mengundurkan diri sebagai protes atas kurangnya support dan dukungan dari Paris.



Tapi bagaimanapun juga, dibalik keadaan yang terlihat tanpa harapan itu, pasukan Perancis di Italia itu sesungguhnya merupakan pasukan yang sangat berpengalaman, dan merupakan bahan mentah yang sempurna. Mereka tidak kekurangan sikap berani atau kemampuan untuk menahan kerasnya medan pertempuran, dan bagaimanapun penderitaan yang mereka hadapi, para perwira bawahan Bonaparte yang ada disana merupakan kelompok yang sudah tidak perlu diragukan lagi. Mereka adalah produk dari percampuran perwira pasukan Kerajaan yang lama yang kini sudah sangat loyal pada Republic dan bibit baru dari pasukan Revolusi yang tumbuh dari golongan prajurit biasa, mereka sangat berpengalaman di medan perang dan sangat kompeten. Biasanya para perwira baru dari generasi Revolusi lebih muda, energetic dan berdarah panas ketimbang generasi yang lebih tua yang lebih kaku dan hati-hati menimbang keputusan.


Musket Charleville Perancis 1777. Salah satu senjata terbaik di era itu, yang seharusnya menjadi senjata standar pasukan Perancis di Italia pada tahun 1796. Tapi bagaimanapun juga tidak ada standarisasi persenjataan pada prakteknya dilapangan dan bahkan banyak prajurit yang tidak memiliki satupun musket dan mereka menunggu untuk mendapatkan dari rampasan musuh atau teman mereka yang tumbang di medan tempur. Musket Charleville terus digunakan sepanjang era Napoleonic Wars dan datang dengan sebuah socket bayonet.


Satu perkembangan paling penting yang terjadi karena ketidak mampuan pemerintah pusat Perancis untuk memberikan suplai kepada pasukannya di medan tempur adalah, pasukan Perancis belajar untuk bertahan hidup dimanapun tanpa terlalu bergantung pada keberadaan suplai logistic dan depot senjata dan makanan. Walaupun ini berarti mereka akan sering mengalami kelaparan, tapi juga berarti bahwa mereka jauh lebih mobile dan flexible dilapangan ketimbang pasukan kerajaan Eropa lainnya yang sangat bergantung pada keberadaan depot dan suplai logistic mereka.

(Ini bukan berarti Perancis di era itu tidak memiliki jalur suplai logistic dan depot, tapi mereka tidak jelas kapan datangnya, sementara pasukan Perancis bisa bertahan dengan memungut dan merampas apa yang bisa dirampas di sepanjang perjalanan. Napoleon Bonaparte yang sangat mengerti hal ini memanfaatkan keuntungan mobilitas strategis ini untuk mengungguli lawan-lawannya.


SUMBER

0 komentar:

Posting Komentar