Masalah utama yang dihadapi oleh pasukan Revolusi Perancis adalah kurangnya kesatuan diantara unit tempur yang ada. Angkatan darat terdiri dari tiga tipe infantry, semua memiliki standar seragam yang berbeda, standar organisasi yang berbeda, perlengkapan hingga standar gaji. Tiga tipe infantry itu adalah:
1. Regular Line Infantry, peninggalan dari pasukan Regimental Kerajaan, mereka sangat terlatih, memiliki perlengkapan yang baik, dan memiliki seragam jubah/coat berwarna putih
2. Pasukan Garda Nasional, mereka tidak terlalu terlatih, tidak memiliki perlengkapan sebaik pasukan Royal Regiments/Regimental Kerajaan, dan menggunakan jubah berwarna biru.
3. fédéré battalion volunteer, basic unit, dimana sama sekali tidak terlatih, tidak memiliki perlengkapan yang memadai, dan juga tidak memiliki seragam selain topi Phrygian merah mereka dan kain selendang tiga warna (Merah, Putih, dan Biru).
Unit yang bervariasi itu menimbulkan permasalahan logistic yang amat sangat, dan juga kecemburuan social akibat perbedaan gaji yang mereka terima.
Tujuan utama dari system Demi-Brigade adalah untuk membaurkan ketiga formasi/tipe infantry itu menjadi sebuah unit tunggal, dengan perlengkapan yang serupa, organisasi tempur, gaji dan seragam. Satu unit Demi-Brigade terdiri dari tiga infantry battalion: satu battalion pasukan regular (yang anggotanya berasal dari pasukan Regimental Kerajaan), dan dua battalion yang terdiri dari pasukan Garda Nasional atau pasukan volunteer. Setiap battalion memiliki komposisi organisasi yang terdiri dari satu kompi grenadier (heavy infantry unit untuk serangan bayonet) dan delapan kompi pasukan fusiliers (infantry regular). Di atas kertas, satu unit Demi-Brigade akan terdiri dari 2.437 personnel dengan 4 unit cannon 6 pounder.
Setelahnya ikut dipisah juga formasi pasukan Demi-Brigade yang terdiri dari light infantry. Dengan demikian semakin menguatlah dukungan pada penggunaan Formasi tempur Mixed Order yang diusulkan oleh Giubert.
Formasi tempur yang baru ini bertujuan untuk mengkombinasikan antara disiplin dan pelatihan dari pasukan Regimental Kerajaan dengan semangat bertempur dari para volunteer.
Satu unit Demi-Brigade dalam Mixed Order, dimana pusat battalion akan terdiri dari pasukan Regimental Kerajaan yang di tempatkan dalam sebuah line formation yang terdiri dari empat kompi pasukan. Di dua sisi selanjutnya adalah kolom battalion pasukan wamil/sukarelawan. Di depan akan ada barisan skirmisher. Satu kompi akan ditarik dari setiap battalion. Kompi Grenadier dari setiap battalion akan ditahan di belakang sebagai pasukan penyerbu cadangan.
Mixed Order dapat diadaptasikan untuk digunakan oleh unit kompi atau battalion dan melibatkan dua atau lebih unit menggunakan kombinasi formasi baris dan kolom. Pasukan regular akan bergerak di sepanjang garis dengan para wamil yang bergerak di kolom, yang mana pergerakan kolom tidak memerlukan banyak pelatihanuntuk menyempurnakannya, yang bisa saja ditempatkan di ujung sayap formasi, di pusat, atau di sebelah dari unit veteran.
Formasi kolom membuat unit dapat melakukan pergerakan cepat, sehingga lebih efektif dalam melakukan charge/serangan (karena mengandalkan jumlah) atau dapat juga diubah dengan cepat untuk membentuk formasi kotak/square untuk menghalau serangan kavalri lawan, tapi kelemahannya adalah hanya sedikit musket yang bisa ditembakan karena bentuk formasinya ini.
Batalion Pasukan Perancis dalam barisan. Empat unit Kompi Fusilier sebagai standard infantry, Voltigeur kompi bertindak sebagai barisan light infantry. Sementara kompi Grenadier dari berbagai battalion dapat digunakan sebagai pasukan penyerbu cadangan. Diluar Mixed order, keseluruhan dari tiga formasi taktis yang ada, Line, Square dan Column selalu digunakan. Walaupun formasi kolom cenderung lebih sering digunakan karena pergerakannya bisa lebih cepat dan tidak perlu banyak latihan untuk menguasainya.
Semakin rumitnya taktik pasukan light infantry Perancis. Skirmisher yang sebelumnya tidak teratur mulai digantikan oleh pasukan light infantry yang lebih disiplin dan terorganisasi. Diagram kedua ini menggambarkan penggunaan pleton light infantry. Sebagian besar digunakan untuk membentuk barisan skirmisher, sementara sisanya ditahan dibelakang barisan infantry regular sebagai point untuk melakukan regrup ulang ketika ada kemungkinan diserang oleh pasukan kavaleri musuh (Kavaleri adalah musuh utama skirmisher)
Biasanya, Perancis menggunakan celah garis untuk merotasi pasukannya. Di medan peperangan Eropa, celah garis sering digunakan untuk membiarkan pasukan garis depan yang kelelahan untuk melakukan regroup di ujung formasi sementara pasukan cadangan akan maju untuk menggantikan mereka. Disini garis depan akan kebelakang kolom dan mundur sementara formasi dari ujung akan bergerak di dalam kolom untuk menempati posisi mereka dan menyebar membentuk garis. Biasanya gerakan yang membutuhkan sinkronisasi ini tidak dapat tercapai dengan sempurna dan gerak mundur ke ujung formasi oleh pasukan garis depan akan tidak berbentuk dan menjauh. Sebenarnya sistem ini diadopsi dari sistem rotasi pasukan pasukan Romawi Kuno.
-->BERSAMBUNG<--
SUMBER
0 komentar:
Posting Komentar